Dari Kotoran Sapi Jadi Energi Hijau, Mahasiswa UTM Raih Juara Nasional

Gembira: Salsabila Avrilia, Anisah Nur Maulidiyah, dan Mila Rafel Lina menerima piagam penghargaan sebagai Juara 2 Nasional di ajang Instinc Business Plan Competition 2025 (foto: istimewa/PM)
Bangkalan,(pojokamadura.id) — Siapa sangka, kotoran sapi yang selama ini dianggap limbah justru bisa menjadi sumber energi bersih yang membawa prestasi nasional.
Gagasan inilah yang berhasil mengantarkan tim mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura (UTM) menembus panggung juara di ajang Instinc Business Plan Competition 2025 yang digelar oleh Universitas Riau.
Tim yang menamakan diri mereka “Briket Kerrabhan Sapi” terdiri dari Salsabila Avrilia, Anisah Nur Maulidiyah, dan Mila Rafel Lina dari Program Studi Manajemen FEB UTM berhasil meraih Juara 2 Nasional berkat ide cemerlangnya.
Mereka mengubah limbah ternak menjadi briket ramah lingkungan beraroma alami rempah Nusantara.
Inovasi dari Madura untuk Energi Masa Depan
Inovasi yang mereka kembangkan berangkat dari persoalan nyata di Madura. Banyaknya tumpukan kotoran sapi di wilayah pedesaan, seperti Sumenep, Bangkalan, dan Sampang, kerap menjadi sumber polusi dan ancaman kesehatan masyarakat.
“Dari situ kami berpikir, kenapa tidak dijadikan sesuatu yang berguna?” ujar Salsabila Avrilia, ketua tim, Senin (13/10/2025).
Hasilnya, lahirlah “Briket Kerrabhan Sapi: Sustainable Cow Manure Briquettes Infused with Nature’s Spices”, produk energi alternatif yang tidak hanya bersih dan efisien, tapi juga memiliki aroma khas dari rempah seperti lavender, daun jeruk, dan masoyi.
Dengan riset yang berlangsung selama sebulan di bawah bimbingan Miftahul Jannah, S.E., M.Sc. dan Ratri Diah Muktisari, S.TP., tim ini menguji efisiensi pembakaran, meneliti kadar polusi, hingga menyusun rencana bisnis berkelanjutan.
Perjalanan dari Laboratorium ke Podium
Perjalanan menuju podium tidak mudah. Dari puluhan peserta perguruan tinggi di seluruh Indonesia, mereka harus melalui seleksi proposal bisnis, uji kelayakan produk, hingga presentasi final di hadapan juri dari kalangan akademisi dan pelaku industri.
“Kami sempat beberapa kali gagal dalam uji pembakaran, tapi semangat untuk memberi solusi bagi lingkungan membuat kami terus mencoba,” tambah Mila.
Ketekunan mereka membuahkan hasil, produk yang awalnya hanya ide kampus kini diakui secara nasional sebagai inovasi berkelanjutan dengan potensi komersial dan sosial yang tinggi.
Apresiasi dari Kampus
Keberhasilan tim ini mendapat sambutan hangat dari civitas akademika UTM. Ketua Jurusan Manajemen FEB UTM, Fathor, S.E., M.M., menilai capaian tersebut selaras dengan misi kampus untuk melahirkan inovator muda yang berdampak bagi masyarakat.
“Briket Kerrabhan Sapi membuktikan bahwa riset sederhana bisa menjadi solusi besar ketika berpadu dengan kearifan lokal dan semangat keberlanjutan,” ujarnya.
Sementara itu, Dr. Eni Sri Rahayuningsih, S.E., M.E., Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan FEB UTM, menyebut capaian ini sebagai bukti nyata sinergi antara mahasiswa, dosen, dan laboran.
“Kami ingin mahasiswa tidak hanya belajar teori bisnis, tetapi juga menciptakan inovasi yang menyentuh kehidupan masyarakat,” katanya.
Rektor UTM, Prof. Dr. Safi’, S.H., M.H., memberikan apresiasi tinggi atas prestasi tersebut. Menurutnya, mahasiswa UTM membuktikan bahwa inovasi tidak harus lahir di kota besar.
“Dari Madura, mereka menunjukkan bahwa kotoran sapi pun bisa jadi sumber energi hijau yang berdaya guna,” tegasnya.
Ia menambahkan, capaian ini mencerminkan semangat Kampus Berdampak, di mana ilmu pengetahuan tidak berhenti di ruang kelas, tetapi hadir sebagai solusi nyata untuk masyarakat.
Madura, Energi, dan Harapan Baru
Lebih dari sekadar kompetisi, perjalanan tim “Briket Kerrabhan Sapi” adalah cerminan dari semangat anak muda Madura yang mampu berpikir global tanpa meninggalkan kearifan lokal.
Melalui prestasi ini, Universitas Trunojoyo Madura kembali menegaskan perannya sebagai kampus unggul yang melahirkan inovator, pelopor energi hijau, sekaligus penjaga harmoni antara teknologi dan lingkungan. [rus/red]